Tuesday, June 29, 2010

Anak Katak


Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. “Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?” ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

“Anakku,” ucap sang induk kemudian. “Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik.” jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. “Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?” tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

“Anakku. Itu cuma angin,” ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. “Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!” tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

“Blarrr!!!” suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. “Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!” ucapnya sambil terus memejamkan mata.

“Sabar, anakku!” ucapnya sambil terus membelai. “Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang,” ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!”
**

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak:
"Jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan."

Taken from Secangkirteh [dot] com

Friday, June 18, 2010

PEMATUNG

Alkisah, di pinggir sebuah kota, tinggal seorang seniman pematung yang sangat terkenal di seantero negeri. Hasil karyanya yang halus, indah, dan penuh penghayatan banyak menghiasi rumah-rumah bangsawan dan orang-orang kaya di negeri itu. Bahkan, di dalam istana kerajaan hingga taman umum milik pemerintah pun, dihiasi dengan patung karya si seniman itu.

Suatu hari, datang seorang pemuda yang merasa berbakat memohon untuk menjadi muridnya. Karena niat dan semangat si pemuda, dia diperbolehkan belajar padanya. Bahkan, ia juga diijinkan untuk tinggal di rumah paman si pematung. Sejak hari itu, mulailah dia belajar dengan tekun, mengukur ketepatan bahan adonan semen, membuat rangka, cara menggerakkan jari-jari tangan, dan mengenali setiap tekstur sesuai bentuk dan jenis benda yang akan dibuat patung, dan berbagai kemampuan mematung lainnya.

Setelah belajar sekian lama, si murid merasa tidak puas. Sebab, menurutnya, hasil patungnya belum bisa menyamai keindahan patung gurunya. Dia pun kemudian menganalisa dengan seksama, lantas memutuskan meminjam alat-alat yang biasa dipakai gurunya. Dia berpikir, rahasia kehebatan sang guru pasti di alat-alat yang dipergunakan.

“Guru, bolehkan saya meminjam alat-alat yang biasa Guru pakai untuk mematung? Saya ingin mencoba membuat patung dengan memakai alat-alat yang selalu dipakai guru agar hasilnya bisa menyamai patung buatan Guru.” “Silakan pakai, kamu tahu dimana alat-alat itu berada kan? Ambil saja dan pakailah,” jawab sang guru sambil tersenyum.

Selang beberapa hari, dengan wajah lesu si murid mendatangi gurunya dan berkata, “Guru, saya sudah berusaha dan berlatih dengan tekun sesuai petunjuk Guru, memakai alatalat yang biasa dipakai Guru. Kenapa hasilnya tetap tidak sebagus patung yang Guru buat?”

“Anakku, gurumu ini belajar dan berlatih membuat patung selama puluhan tahun. Mengamati obyek benda, mencermati setiap gerak dan tekstur, kemudian berusaha menuangkannya ke dalam karya seni dengan segenap hati dan seluruh pikiran. Tidak terhitung berapa kali kegagalan yang telah dibuat, tapi tidak pernah pula berhenti mematung hingga hari ini. Bukan alat-alat bantu yang engkau pinjam itu yang kamu butuhkan untuk menjadi seorang pematung handal, tetapi jiwa seni dan semangat untuk menekuninya yang harus engkau punyai. Dengan begitu, lambat laun engkau akan terlatih dan menjadi pematung yang baik.”

“Terima kasih Guru, saya berjanji akan terus berlatih, mohon Guru bersabar mengajari saya.” Untuk menciptakan sebuah maha karya, tidak cukup hanya mengandalkan talenta semata. Kita butuh proses belajar dan ketekunan berlatih bertahun-tahun. Bahkan, meski dibantu alat-alat secanggih apapun, hasil yang didapat sebenarnya sangat tergantung pada tangantangan terampil dan terlatih yang menggerakkannya.

Demikian pula dalam kehidupan ini, jika ingin meraih prestasi yang gemilang, ada harga yang harus kita bayar! Apapun bidang yang ita geluti, apapun talenta yang kita miliki, kita membutuhkan waktu, fokus dan kesungguhan hati dalam mewujudkannya hingga tercapai kesuksesan yang membanggakan!!!

Diamond: Learn while you can, practice what you learn and never give up!!

Tuesday, June 8, 2010

10 Ciri Orang yang Berfikir Positif

Semua orang yang berusaha meningkatkan diri dan ilmu pengetahuannya pasti tahu bahwahidup akan lebih mudah dijalani bila kita selalu berpikir positif. Tapi, bagaimana melatih dirisupaya pikiran positiflah yang 'beredar' di kepala kita, tak banyak yang tahu. Oleh karena itu, sebaiknya kita kenali saja dulu ciri-ciri orang yang berpikir positif dan mulai mencoba menirujalan pikirannya.

1. Melihat masalah sebagai tantangan.
Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat danmembuat hidupnya menjadi hidup yang paling sengsara sedunia.

2. Menikmati hidupnya.
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski takberarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.

3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide.
Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik.

4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak.
'Memelihara' pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Sebetulnyatidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah.

5. Mensyukuri apa yang dimilikinya,Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidakdipunyainya.

6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu.
yang Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongantak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif.

7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bertindak.Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas bukan penganutnya.

8. Menggunakan bahasa positif.
Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti "Masalah itu pasti akanterselesaikan," dan "Dia memang berbakat."

9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif.
Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan 'hidup'.

10. Peduli pada citra diri
Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam.

Adapted from: SecangkirTeh[dot]com

Diamond: Stay positive, changing your thinking can change your life. Take steps to increase your optimism. =)

Sunday, June 6, 2010

Creative Touch!!

On the first day as President, Abraham Lincoln entered to give his inaugural address, just in the middle, one man stood up. He was a rich aristocrat. He said , " Mr. Lincoln, you should not forget that your father used to make shoes for my family".

And the whole Senate laughed; they thought they had made a fool of Abraham Lincoln.
But Lincoln- and that type of people are made of totally different mettle, Lincoln looked at the man and said, 'Sir I know that my father used to make shoes in your house for your family , and there will be many others here".

"Because the way he had, nobody else can. He was a creator. His shoes were not just shoes , he poured his whole soul in it. I want to just ask you , have you any complaint I can make another pair of shoes. But as far as I know nobody has ever complained about my father's shoes. He was a genius , a great creator and I am proud of my father".


The whole Senate was struck dumb. They could not understand what kind of man Abraham Lincoln. He had made shoe making an art, creativity. And he was proud because his father did the job so well that not even a single complaint had ever been .


by: Abraham Lincoln

Diamond: It does not matter what you do. What matters is how you do it-of our own accord, with your own vision, with your own love. Then what ever you touch becomes gold!!

Saturday, June 5, 2010

"Want to"

"Want to!"
  by: Neil Eskelin, Source Unknown



I remember the night in Miami when our son, Ian, was just five years old. We were staying with relatives and it was his bedtime. When I looked at the living room floor, I knew we had a problem. Toys were all over the place. "Ian," I said, "you need to pick up all those toys before you go to bed."
"Daddy," he said, "I'm too tired to pick up my toys."
My immediate inclination was to force him to clean up the room. Instead, I went into the bedroom, laid down, and said, "Ian, come here. Let’s play Humpty Dumpty."
He climbed up on my knees and I said, "Humpty Dumpty sat on a wall. Humpty Dumpty had a great fall." And he fell. Ian laughed and said, "Let's do it again." Well, after the third "fall," I said, "Okay, but first go pick up those toys."
Without thinking, he ran into the living room and in ninety seconds he finished a job that could have taken half an hour. Then he jumped back on my knees and repeated, "Daddy, let’s do it again."
"Ian, I thought you were too tired to pick up those toys." He answered, "I was, daddy, but I just wanted to do this!"
We can finish any job when we have the "Want to!" 

Friday, June 4, 2010

Busy




Once upon a time a very strong woodcutter ask for a job in a timber merchant, and he got it. The paid was really good and so were the work conditions. For that reason, the woodcutter was determined to do his best.
His boss gave him an axe and showed him the area where he was supposed to work.
The first day, the woodcutter brought 18 trees
"Congratulations," the boss said. "Go on that way!"
Very motivated for the boss’ words, the woodcutter try harder the next day, but he only could bring 15 trees. The third day he try even harder, but he only could bring 10 trees.Day after day he was bringing less and less trees.
"I must be losing my strength", the woodcutter thought. He went to the boss and apologized, saying that he could not understand what was going on.
"When was the last time you sharpened your axe?" the boss asked.
"Sharpen? I had no time to sharpen my axe. I have been very busy trying to cut trees..."



Lesson of life:
When life is difficult, take a small step back to reflect what has gone wrong, instead of moving forward and force yourself to give what you expected it to be. Sometimes you only need a simple way to find the answer.

Have a wonderful day :)

Thursday, June 3, 2010

Frogs



A group of frogs were traveling through the woods, and two of them 



fell into a deep pit. When the other frogs saw how deep the pit 


was, they told the two frogs that they were as good as dead. The 
two frogs ignored the comments and tried to jump up out of the pit 
with all their might. The other frogs kept telling them to stop, 
that they were as good as dead. Finally, one of the frogs took 
heed to what the other frogs were saying and gave up. He fell down 
and died.

The other frog continued to jump as hard as he could. Once again, 
the crowd of frogs yelled at him to stop the pain and just die. He 
jumped even harder and finally made it out. When he got out, the 
other frogs said, "Did you not hear us?" The frog explained to 
them that he was deaf. He thought they were encouraging him the 
entire time.

This story teaches two lessons:

1. There is power of life and death in the tongue. An encouraging 
word to someone who is down can lift them up and help them make it 
through the day.

2. A destructive word to someone who is down can be what it takes 
to kill them.

Be careful of what you say. The power of words... it is sometimes hard to understand 
that an encouraging word can go such a long way. Anyone can speak 
words that tend to rob another of the spirit to continue in 
difficult times. Special is the individual who will take the time 
to encourage another.





Author Unknown