Monday, March 28, 2011

Sungai yang mengalir

Suatu kala, seorang pemuda sedang berkelana bersama dengan gurunya ke suatu tempat yang cukup jauh. Perjalanan tersebut membutuhkan waktu berhari-hari. Karena mereka hanya berjalan kaki, mereka harus beristirahat jika sedang lelah atau mencari tempat menginap jika hari sudah menjelang malam.
Suatu hari, di tengah perjalanan, mereka berhenti untuk beristirahat dan melepas lelah. Mereka saat itu sedang berada di sebuah hutan. Sang guru meminta muridnya untuk mencari air minum.

Pemuda itu kemudian pergi. Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya ia berhasil menemukan sebuah sungai yang airnya cukup jernih. Maka ia pun menuju ke sungai tersebut untuk mengambil air minum.

Tapi sayang, ternyata ada beberapa wanita yang sedang mencuci pakaian di sungai tersebut. Tentu saja air sungai tersebut menjadi kotor dan tidak bisa di minum. Dalam hati ia berkata, "Airnya begitu kotor. Bagaimana mungkin saya memberi air ini pada guru?" Pemuda itu pun bergegas kembali menemui gurunya.

Pemuda itu berkata, "Guru, sebenarnya saya sudah menemukan sungai. Sayang, airnya tidak bisa diambil. Ada orang yang mencuci di sana sehingga airnya menjadi kotor."

Gurunya memberitahu pemuda itu, "Oh, begitu ya. Coba tunggu sebentar dan kemudian pergi ke sana lagi."

Tanpa bertanya, pemuda itu menuruti perintah gurunya yang terkenal bijaksana. Setelah beberapa saat, ia kembali ke sungai tersebut. Setelah tiba, ia memang tidak melihat wanita-wanita yang tadi karena mungkin sudah selesai mencuci. Yang ada hanyalah sekumpulan anak-anak yang sedang mandi. Melihat hal ini, ia segera kembali menemui gurunya.

Ia berkata, "Guru. Tadi saya sudah kembali ke sungai itu. Tapi, anak-anak sedang mandi. Sudah pasti airnya tidak bisa diambil untuk minum. Bagaimana baiknya? Apakah kita melanjutkan perjalanan saja dan mencari air di tempat lain?"

Gurunya tersenyum dan menjawab, "Oh, begitu ya. Coba tunggu sebentar dan kemudian pergi ke sana lagi."

Pemuda itu bingung dan bertanya-tanya mengapa gurunya terus memintanya pergi ke sungai itu padahal jelas-jelas ia tidak akan bisa mendapatkan air untuk diminum.

Namun ia turuti juga apa kata gurunya dan setelah beberapa saat, ia kembali ke sungai tersebut.

Sesampainya di sana, ternyata di sungai itu sudah tidak ada orang. Anak-anak sudah selesai mandi. Ia mendekat ke tepi sungai dan melihat air sungai sudah menjadi jernih. Dengan senyum, ia minum air tersebut dan kemudian memasukkan air ke dalam tempat minum.

Pemuda itu segera kembali dan memberitahu gurunya. Ia berkata, "Guru, ternyata setelah saya kembali ke sungai itu, airnya sudah jernih. Jadi, kita bisa mendapat air minum."

Dengan senyum gurunya bertanya, "Airnya menjadi jernih karena air sungai senantiasa mengalir. Airnya mungkin saja kotor, tapi itu hanya sementara. Setelah beberapa saat air akan kembali jernih karena air terus mengalir. Air kotor mengalir jauh dan digantikan air jernih. Semua ini terjadi dengan sendirinya."

Gurunya melanjutkan, "Begitu juga dengan dirimu. Kamu bisa belajar dari air yang mengalir ini. Setiap kali kamu terganggu oleh banyak pikiran yang rumit penuh masalah, biarkan saja mengalir. Sabar dan beri waktu, maka pikiran tersebut akan hilang dan digantikan dengan pikiran yang lebih jernih. Ini akan terjadi dengan sendirinya."

Pemuda itu berkata, "Terima kasih guru telah memberi saya sebuah pelajaran yang amat berharga."



Pesan untuk pembaca:

Kita sebagai manusia selalu tidak terlepas dari berbagai beban dan masalah. Kadang kala masalah yang sedang kita hadapi cukup rumit sehingga membuat pikiran kita seakan-akan mau 'meledak'.

Semakin dipikir, semakin rumit masalah tersebut. Kadang-kadang kita pasti mengalami hal seperti ini. Namun, pikiran yang kusut tidak akan banyak membantu, malah akan semakin memperumit keadaan. Pikiran yang tenang dan jernih akan membuat Anda lebih bijaksana dalam mengambil keputusan maupun solusi atas penyelesaian masalah tersebut.

Ketenangan pikiran tidak sulit diraih jika kita bersedia membiarkan pikiran kita yang sedang kusut untuk pergi menjauh. Relakan pikiran tersebut lenyap. Sama seperti air yang senantiasa mengalir, pikiran kita juga senantiasa mengalir.

Mungkin saat ini, pikiran kita sedang kacau dan tidak bisa berpikir jernih. Beri sedikit waktu untuk menenangkan diri. semua akan mengalir dengan sendirinya. Pikiran yang sedang kacau akan digantikan pikiran yang jernih.

Saat pikiran sudah jernih, mungkin akan timbul ide atau bahkan solusi yang sebelumnya tidak terbayangkan. Dengan munculnya ide atau solusi, masalah kita akan bisa diselesaikan dengan bijaksana.

Ketahuilah juga bahwa masalah selalu datang dan pergi silih berganti layaknya air yang senantiasa mengalir. Hari ini masalah datang, esoknya beres. Esoknya datang masalah baru dan esoknya beres. Semuanya mengalir. Jika pikiran Anda bisa mengalir bebas seperti air, maka seberat apa pun masalah yang muncul, tidak akan berarti apa-apa. Anda sudah tahu masalah akan mengalir jauh digantikan dengan datangnya solusi.

Tuesday, March 22, 2011

Letter from Sendai

This email from a mailing list was forwarded to me and I thought I would share it with you. It provides a unique description of what life is like for quake and tsunami survivors in Japan on the ground now.
When tragedy strikes, it reminds us of what is really important in life and the little things we once felt we had lost, such as community solidarity and the sight of a carpetful of twinkling stars in the night sky.
Life Lessons from Japan


First email sent by Thich Nhat Hanh, Zen Buddhist Master and founder of Plum Village, France, to friends in Japan. Thich Nhat Hanh is the author of the book “The Miracle of Mindfulness”, and promotes engaged Buddhism.

Dear friends in Japan,
As we contemplate the great number of people who have died in this tragedy, we may feel very strongly that we ourselves, in some part or manner, also have died.
The pain of one part of humankind is the pain of the whole of humankind. And the human species and the planet Earth are one body. What happens to one part of the body happens to the whole body.
An event such as this reminds us of the impermanent nature of our lives. It helps us remember that what’s most important is to love each other, to be there for each other, and to treasure each moment we have that we are alive. That is the best we can do for the dead. We can live in such a way that they feel they are continuing to live with us more beautifully, mindfully and deeply in each of us, tasting every minute
every second that we are still alive and living for them.


Here, at our centres in France and many countries around the world, all of us will continue to chant and send you energies of peace and healing to offer support. We are praying for you with our heart, breath and
with the daily actions with more compassion and understanding and to treat each other with more respect. Thank you for reminding us this lesson.


The second email was sent by a Japanese lady to the Plum Villgae sangha (community of practitioners) in HK
Hello My Lovely Family and Friends,
First I want to thank you so very much for your concern for me. I am very touched. I also wish to apologise for a generic message to you all. But it seems the best way at the moment to get my message to you.
Things here in Sendai have been rather surreal. But I am very blessed to have wonderful friends who are helping me a lot. Since my shack is even more worthy of that name, I am now staying at a friend’s home. We share supplies like water, food and a kerosene heater. We sleep lined up in one room, eat by candlelight, share stories. It is warm, friendly, and beautiful.
During the day we help each other clean up the mess in our homes. People sit in their cars, looking at news on their navigation screens, or line up to get drinking water when a source is open. If someone has water
running in their home, they put out sign so people can come to fill up their jugs and buckets.


Utterly amazingly where I am there has been no looting, no pushing in lines. People leave their front door open, as it is safer when an earthquake strikes. People keep saying, “Oh, this is how it used to be
in the old days when everyone helped one another.”


Quakes keep coming. Last night they struck about every 15 minutes. Sirens are constant and helicopters pass overhead often. We got water for a few hours in our homes last night, and now it is for half a day. Electricity came on this afternoon. Gas has not yet come on. But all of this is by area. Some people have these things, others do not.
No one has washed for several days. We feel grubby, but there are so much more important concerns than that for us now. I love this peeling away of non-essentials. Living fully on the level of instinct, of intuition, of caring, of what is needed for survival, not just of me, but of the entire group.
There are strange parallel universes happening. Houses a mess in some places, yet then a house with futons or laundry out drying in the sun. People lining up for water and food, and yet a few people out walking
their dogs. All happening at the same time.


Other unexpected touches of beauty are first, the silence at night. No cars. No one out on the streets. And the heavens at night are scattered with stars. I usually can see about two, but now the whole sky is
filled. The mountains are Sendai are solid and with the crisp air we can see them silhouetted against the sky magnificently.


And the Japanese themselves are so wonderful. I come back to my shack to check on it each day, now to send this e-mail since the electricity is on, and I find food and water left in my entranceway. I have no idea
from whom, but it is there. Old men in green hats go from door to door checking to see if everyone is OK. People talk to complete strangers asking if they need help. I see no signs of fear. Resignation, yes, but fear or panic, no.


They tell us we can expect aftershocks, and even other major quakes, for another month or more. And we are getting constant tremors, rolls, shaking, rumbling. I am blessed in that I live in a part of Sendai that
is a bit elevated, a bit more solid than other parts. So, so far this area is better off than others. Last night my friend’s husband came in from the country, bringing food and water. Blessed again.


Somehow at this time I realize from direct experience that there is indeed an enormous Cosmic evolutionary step that is occurring all over the world right at this moment. And somehow as I experience the events
happening now in Japan, I can feel my heart opening very wide. My brother asked me if I felt so small because of all that is happening. I don’t. Rather, I feel as part of something happening that is much larger
than myself. This wave of birthing (worldwide) is hard, and yet magnificent.


Thank you again for your care and Love of me,
With Love in return, to you all,
Anne

Sunday, March 20, 2011

Masalah pada Hati

"MASALAH...?"
Jika hati sempit, dunia akan jadi sempit !
Jika hati lapang, dunia akan jadi lapang !

Hati adalah dunia.
Jika hati sumpek, penuh sesak dengan masalah maka dunia akan jadi sumpek, sempit & penuh masalah.

Walaupun dunia luas, tidak akan dirasakan luasnya. Walaupun jalan 2x lebar tanpa rintangan, tidak akan dirasakan kebebasan.

Walaupun mentari bersinar terang namun dilihat kegelapan dimana 2x.

Walaupun alam damai, danau hening, air telaga mengalir tenang namun yg dirasakan adalah kekalutan & kekacauan.

Walaupun cuaca dingin; angin berhembus sejuk namun yg dirasa gerah & panas.

Orang Bijak:
"Jika hati bermasalah, dunia jadi kecil. Jika hati damai, ranjang sempit pun jadi lapang !"
Sesungguhnya dunia besar & luas, masalahnya hanya di hati yg belum lapang.

Sesungguh dunia bebas leluasa, hanya karena belum mau melepaskan belenggu dalam hati.

Sesungguhnya hidup tidak ada masalah, hanya pikiran yg terus mencari masalah...

Wednesday, March 16, 2011

Jangan Pernah Putus Asa!!

Seekor ikan Barracuda dimasukkan ke dalam sebuah akuarium berukuran sedang yg bagian tengahnya dipisahkan oleh sebuah kaca pembatas transparan. Di sisi lain, ada banyak ikan kecil yg merupakan makanan kesukaan si Barracuda.
Ketika lapar, berkali-kali ikan Barracuda mencoba untuk memangsa ikan kecil tsb, namun usahanya selalu sia-sia karna terbentur kaca pembatas transparan tadi.
Setelah berminggu-minggu mencoba & tetap tidak berhasil, si Barracuda menyerah dengan menerima kenyataan bahwa perburuan ikan kecil tsb hanya mengakibatkan kesakitan pada hidung & mulutnya. Setelah itu kaca pembatas transparan tadi diangkat, apa yang terjadi? Si Barracuda tetap pada sisinya, tak bergerak ke arah ikan kecil. Rasa lapar mulai terasa hebat, akan tetapi si Barracuda sepertinya tidak berusaha sekali pun untuk memangsa ikan-ikan kecil tersebut lagi. Akhirnya, ia pun mati kelaparan padahal makanan kesukaanya tepat berada di depan hidungnya.

Pesan cerita ini : Pelajaran penting yg dapat disimpulkan & dapat kita ambil dari kisah Ikan Barracuda ini adalah bahwa: "Masa lalu kita tidak sama dengan masa yang akan datang" Hellen Keller pernah berkata: "Ketika satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka" Tapi kita seringkali mengamati pintu yang tertutup itu terlalu lama, sehingga kita tidak melihat pintu lain yang terbuka. JANGAN PERNAH PUTUS ASA !!! Sebab masa depan sungguh ada dan harapan kita tidak akan hilang. Impian akan menjadi kenyataan, jika kita yakin dan mau berusaha untuk mewujudkannya.

Monday, March 7, 2011

Babi Berkaki Dua




Henan (Cina) - Saya dikirim email ini tentang seekor babi yang sangat istimewa. Babi ini berkaki dua yang dipanggil "Zhu Jianqiang" (朱 坚强), yang artinya "Babi yang kuat dan berkemauan keras" dalam bahasa Mandarin Cina! Babi ini menjadi pusat perhatian atau selebriti diProvinsi Henan - Cina saat Ia dilahirkan hanya dengan dua kaki depan!

Babi ini sekarang berumur 13 bulan, dan ketika dia dilahirkan istri pemilik (Wang Xihai) memintanya untuk membuang babi ini. Karena kebaikan hatinya, Bapak Wang Xihai menolak dan mengatakan bahwa dia harus memberinya kesempatan untuk hidup. Dia juga mengatakan bahwa hal itu sangat tidak terduga bahwa babi ini selamat dan sehat!

Zhu Jianqiang (panggilan untuk babi ini) adalah salah satu dari sembilan anak babi yang lahir, tapi babi ini satu-satunya yang lahir hanya dengan dua kaki. Beberapa hari setelah kelahiran Zhu, pemiliknya, Bapak Wang memutuskan untuk melatih anak babi betina berkaki dua ini berjalan dengan mengangkatnya dari ekornya. Bapak Wang mengatakan bahwa Babi ini dilatih beberapa saat setiap harinya dan setelah 30 hari babi ini sudah bisa berjalan terbalik!

Bapak Wang mengatakan bahwa rumahnya telah dikunjungi oleh banyak orang sejak kelahiran babi ini dan bahkan ada yang  menawarkan harga tinggi untuk babi berkaki dua ini. Dia selalu menolak untuk menjual.

"Dia (babi berkaki dua) membuktikan kepada kita bahwa apa pun bentuk kehidupannya, Dia terus berjuang untuk tetap hidup," kata Bapak Wang dalam bahasa Cina. "Aku tidak akan menjual babi ini, tidak peduli berapa pun harga yang ditawarkan."

Pesan Bijak yang tersirat di dalam kisah nyata ini, diantaranya:
Ketika dunia berbisik : "MENYERAHLAH "
Pengharapan berkata : "COBALAH LAGI !"
Ketika dunia berkata : "TIDAK MUNGKIN"
Hati Kecil berteriak : "ENGKAU PASTI BISA !".


"Janganlah pernah menyerah, sebelum kita mencoba apa yang dapat kita lakukan, Kalaupun suatu saat kita jatuh janganlah larut dalam rasa sakitnya tapi Tetap BANGKIT dan cobalah berjalan kembali bahkan Berlari lebih kencang lagi menuju impian kita"

Always Do The Best as You Can.

Taken from Buddhistzone.com. Semoga bermanfaat :)

Belajar Kehidupan dari Hewan



Sudah tujuh bulan aku mengamati kehidupan Angsa di UEU, dan baru sekali aku melihat dua ekor dari mereka berkelahi di kolam. Setelah itu mereka berdamai kembali tetap berenang bersama-sama di kolam teratai itu.

Setiap aku bangun pagi dari pukul 04:00 selalu mendengar suara burung, suaranya merdu seperti mereka memulai hari dengan ceria dan bersemangat. Aku suka mendengar suara burung di pagi hari, mereka seperti tidak takut akan kematian atau di tangkap manusia dimasukan ke sangkar burung. 

Kucing tidak pernah berkelahi karena memperebutkan makanan, dan mereka juga kalau kita tidak memberi mereka makanan, mereka tidak memaksa. Kucing susah mendapatkan makanan, mereka berharap manusia bisa memberikan makanan. Belum pernah aku melihat kucing mencangkar aku untuk minta makanan.

Hewan yang hidup di air kotor masih bisa makan atau berenang, kecuali makanan dan air itu sangat beracun menyebabkan mereka mati. Sedangkan ada sebagian mahasiswa membuang makanan dan air bersih begitu saja. Pendidikan itu tidak hanya di nilai dari penampilan rapi, nilai IPK 3:00 dan lain-lain, tapi kehidupan sehari-hari kita. 

Menarik memang belajar mengamati kehidupan hewan! Tidak ada bunuh diri, makan secukupnya, harmonis, dan sedih atau bahagia tetap hidup seperti biasanya. Terkadang aku berpikir kenapa kehidupan manusia begitu rumit padahal punya akal dan bisa memilih kehidupan seperti apa. 

Terima kasih hewan sudah mengajari aku tentang cara hidup.

Taken from Seni Kehidupan
May you be well and happy always!