Sunday, July 25, 2010

Jendela Rumah Sakit

Dua orang pria keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat disebuah kamar rumah sakit. Seorang diantaranya menderita sakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam setiap sore untuk mengosongkan cairan dalam perutnya. Kebetulan tempat tidurnya berada tepat di sisi jendelasatu-satunya yang ada di kamar itu.

Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus diatas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi salama liburan.

Setiap sore ketika pria yang tempat tidurnya dekat dengan jendela diperbloehkan duduk didekat jendela, ia menceritakan tentang apa yang ia lihat diluar jendela kepada teman sekamarnya itu. Selama satu jam itulah pria kedua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada diluar sana.

“Diluar jendela tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan tangan ditengah taman yang dipenuhi beraneka macam bunga warna-warni pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Sebuah senja yang indah.”

Pria pertama itu menceritakan keadaan diluar jendela dengan detil. Sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang dalam menjalani kesehariannya dirumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk didekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria kedua tidak dapat mendengarsuara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria pertama yang menggambarkan semau itu denga kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan satu minggupun berlalu.

Suatu pagi perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendpati ternyata pria yang berbaring didekat jendela itu telah mninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenaazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta kepada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur didekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksa dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya kejendela disamping tempat tidurnya. Namun, seketika Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya, Apa? Ternyata jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!

Ia berseru memanggil kepada perawat dan menanyakan apa yang membuat kawan sekamarnya yang sudah meninggal tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah dibalik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta dan bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.


from: SecangkirTeh[dot]com

Diamond: "Lihat kehidupan ini secara positive dan optimis, tidak ada orang yang tidak dapat melihat, hanya orang yang tidak berani melihat lah yang tidak akan pernah benar2 melihat"

Wednesday, July 14, 2010

Air Yang Mengalir



Menyerah adalah pilihan yang mungkin sangat mudah diambil oleh siapapun. Tapi, menyerah juga tidak akan membuat Anda jauh lebih baik. Apakah Anda rela apa yang selama ini akanAnda perjuangkan harus Anda kubur dalam-dalam hanya karena ingin MENYERAH? Anda mungkin masih ingat, ketika pertama kali memutuskan dan bertekad untuk sukses atau meraih sebuah impian, Anda begitu menggebu-gebu. Api semangat yang begitu membara mengubah Anda menjadi begitu termotivasi. Tetapi, seiring berlalunya waktu ketika Anda terus menemui kegagalan, api yang membara menjadi padam. Saat api padam, mungkin itulah saat Anda menyatakan Anda ingin menyerah.

Jika Anda ingin menyerah, maka saya ingin Anda belajar dari air yang mengalir. Pergilah ke sungai yang deras atau bayangkan sungai dalam pikiran Anda.

Air terus mengalir ke satu arah, tidak peduli apa yang terjadi. Ketika ada batu besar di tengah-tengah, apakah air akan menyerah dan berhenti mengalir? Apakah air akan berkata, "Ada batu besar di depan, lebih baik saya menyerah dan berbalik"?
Air itu akan tetap mengalir melewati batu dengan mengalir ke sisi kiri dan kanan batu. Meskipun Anda menghalangi air dengan membuat penahan di sepanjang sungai, air akan tetap mengalir. Seperti layaknya bendungan, meskipun air ditahan, ia akan terus mengalir dan dalam waktu lama akan berkumpul lebih tinggi dari bendungan dan berhasil mengalir keluar. Hebatnya, semakin ditahan, kekuatan air akan semakin besar sehingga dapat membangkitkan listrik.

Air tidak pernah berpikir untuk berbalik arah. Air tidak pernah berhenti untuk mengalir hanya karena ada beberapa penahan di depannya. 
 
Anda juga bisa belajar dari prinsip air yang mengalir. Anda harus terus maju dan berjuang demi impian Anda. Jika menemui rintangan yang berat, maka Anda bisa mengambil jalan lain dan melewatinya, seperti air yang mengalir melewati sisi kiri dan kanan batu. Air tidak pernah mundur, Anda juga tidak boleh mundur, karena mundur itu lebih mudah daripada terus maju.

Air juga tidak pernah takut jika sudah berada di tepi air terjun. Ia akan terus mengalir dan jatuh ke bawah dan kemudian terus mengalir maju ke depan. Begitu juga, ketika Anda menemui sesuatu hal yang sangat membuat gentar, maka Anda harus berani menghadapinya daripada menghindari dan memutuskan untuk menyerah.

Semoga air yang mengalir ini bisa mengubah diri Anda dari yang pesimis dan mudah menyerah menjadi pribadi yang tegar, optimis dan selalu bangkit dari kegagalan untuk menuju tujuan akhir di mana Anda ingin berada.

The Fence

There once was a little boy who had a bad temper.

His father gave him a bag of nails and told him that every time he lost his temper, he must hammer a nail into the back of the fence.

The first day the boy had driven 37 nails into the fence. Over the next few weeks, as he learned to control his anger, the number of nails hammered daily gradually dwindled down.

He discovered it was easier to hold his temper than to drive those nails into the fence.

Finally the day came when the boy didn't lose his temper at all. He told his father about it and the father suggested that the boy now pull out one nail for each day that he was able to hold his temper.

The days passed and the young boy was finally able to tell his father that all the nails were gone. The father took his son by the hand and led him to the fence.

He said, "You have done well, my son, but look at the holes in the fence. The fence will never be the same. When you say things in anger, they leave a scar just like this one. You can put a knife in a man and draw it out. It won't matter how many times you say I'm sorry, the wound is still there. A verbal wound is as bad as a physical one."

As William Arthur Ward once said,
"It is wise to direct your anger towards problems - not people;
to focus your energies on answers - not excuses."

by: Unknown Author

Diamond: Always calm even when you are angry, because anything you do with anger will never give good result for you or other people.

Saturday, July 3, 2010

2 Ekor Anjing

Ada dua ekor anjing yang bersahabat. Anjing yang besar dan anjing yang kecil. Anjing yang kecil selalu mengeluh tentang penderitaan hidupnya dan selalu berharap kapan kiranya dewa keberuntungan akan datang untuk menolongnya agar terlepas dari penderitaan dunia. Anjing yang tua selalu menasehati anjing yang kecil dan berkata:

"Meskipun tak punya rumah tetapi kita bisa tinggal di manapun. Hidup di dunia ini asal tidak mengalami kelaparan dan kedinginan sudah cukup. Jika dipelihara oleh manusia dan menjadi seekor anjing yang meminta belas kasihan majikan, maka akan kehilangan kebebasan dan kehormatan".

Anjing kecil tersebut tidak mau mendengar nasehat anjing tua, selalu bermimpi bahwa dirinya - dari anjing yang bebas mengembara menjadi anjing yang dipelihara manusia. Pada suatu hari, anjing kecil tersebut pergi ke tempat peramal dan bertanya:

"Dimanakah kebahagiaan itu berada?"

"Kebahagiaan itu berada pada ekor kamu!" Setelah mendengar kata-kata tersebut, anjing kecil tersebut mati-matian berputar ingin menggigit ekornya untuk menangkap kebahagiaan. Dia lari
sekuat-kuatnya hingga berkeringat, tetapi tetap tidak dapat menggigit ekornya. Akhirnya dengan letih dia berkata kepada anjing tua:

"Menurut ramalan, kebahagiaan saya berada pada ekor saya. Tetapi saya tidak dapat menangkap kebahagiaan. Tolong beritahu, bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan kebahagiaan?"

Anjing tua dengan tersenyum berkata:

"Saya mencari kebahagiaan dengan berjalan menuju ke depan. Tidak pernah berkeluh kesah tentang masa lampau, tidak pernah kuatir dan takut tentang keadaan sekarang dan juga tidak pernah kuatir tentang masa yang akan datang. Asalkan kaki saya melangkah ke depan maka kebahagiaan yang berada di ekor saya pasti mengikuti saya".

Di manakah sesungguhnya kebahagiaan berada? Rasa curiga sering membuat kita jauh dari pandangan kebahagiaan. Keragu-raguan sering membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebahagiaan. Demikian pula rasa iri hati membuat pandangan kita kabur terhadap kebahagiaan, dan melamun membuat kita lepas dari pelukan kebahagiaan.

"Jangan mencari kebahagiaan di luar diri, jangan mengemis kepada siapapun. Kebahagiaan berada di dalam batin kita sendiri."

From: SecangkirTeh[dot]com