Diterjemahkan oleh Novita Hianto, editor Selfy Parkit.
Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50
Pada suatu waktu, ketika saat Raja Brahmadatta memerintah di Benares, ada seorang nenek yang mempunyai seekor anak sapi. Anak sapi ini adalah seekor anak sapi hitam bangsawan. Sesungguhnya, warnanya hitam pekat tanpa bintik-bintik putih.
Nenek itu membesarkan si anak sapi seperti anaknya sendiri. Dia memberi makan nasi dan bubur terbaik. dia menciumi kepala dan leher anak sapi itu, dan anak sapi menjilati tangan si Nenek. Karena mereka sangat akrab, orang-orang mulai memanggil si anak sapi, ' Blackie milik nenek'.
Bahkan setelah anak sapi telah tumbuh menjadi sapi jantan yang besar dan kuat, Blackie milik nenek tetap sangat jinak dan lemah-lembut. Anak-anak desa bermain dengannya, memegang leher, telinga, dan tanduknya. Bahkan mereka mengambil ekornya dan berayun ke belakang sebagai tunggangan. Dia menyukai anak-anak, jadi dia tidak pernah mengeluh.
Sapi yang bersahabat itu berpikir, "Nenek baik hati, yang telah membesarkanku seperti seorang ibu bagiku. Dia telah membesarkanku seperti anaknya sendiri. Dia miskin dan kekurangan, tetapi terlalu sungkan meminta bantuanku. Dia terlalu lembut untuk memaksa saya bekerja. Karena saya juga mencintai dia, saya berharap dapat membebaskan dia dari penderitaan kemiskinan." Jadi sapi mulai mencari pekerjaan.
Suatu hari, sebuah kafilah dengan 500 kereta datang ke desa. Kafilah itu berhenti pada tempat yang sulit untuk menyeberangi sungai. Sapi-sapi mereka tidak dapat menarik kereta menyeberang. Pemimpin kafilah menempatkan 500 pasang sapi pada kereta pertama. Tetapi sungainya terlalu deras sehingga mereka tidak dapat menyeberang walaupun hanya satu kereta.
Menghadapi masalah ini, pemimpin mencari tambahan sapi. Dia terkenal dalam ahli menilai kualitas dari sapi-sapi. Saat memeriksa kumpulan pengembara, dia melihat Blackie milik nenek. Sekilas dia berpikir, "Sapi bangsawan ini sepertinya memiliki kekuatan dan kemauan menarik kereta-keretaku menyeberangi sungai."
Dia berkata kepada para penduduk desa yang berdiri di dekatrnya. "Sapi hitam ini milik siapa? Aku ingin menggunakan sapi ini untuk menarik keretaku menyeberangi sungai, dan Aku bersedia membayar jasanya kepada pemiliknya." Orang-orang berkata, "Kalau begitu, silakan bawa dia. Tuannya sedang tidak ada disini."
Demikianlah dia meletakan seutas tali melalui hidung Blackie. Tetapi saat dia menarik, dia tidak dapat menggerakan sapi itu! Sapi itu berpikir, "Aku tidak akan bergerak sampai orang ini berkata kalau dia akan membayar perkerjaanku."
Sebagai penilai sapi yang baik, Pemimpin kafilah memahami alasan ini. Sehingga dia berkata, "Sapi, setelah kamu berhasil menarik 500 keretaku menyeberangi sungai, Aku akan membayar kamu dua koin emas untuk setiap keretanya – bukan satu, tetapi dua!" Mendengar hal ini, Blackie bersedia ikut pergi dengannya.
Kemudian dia memasang pakaian kuda ke sapi hitam itu dan menghubungkannya ke kereta pertama. Sapi itu menarik kereta melewati sungai. Hal ini belum pernah dapat dilakukan oleh 1000 sapi sebelumnya. Seperti yang diharapkan, dia dapat menarik 499 kereta menyeberangi sungai dalam satu waktu, tanpa memperlambat langkahnya!
Ketika semuanya telah selesai dikerjakan, pemimpin kafilah menyiapkan bungkusan berisi hanya satu koin emas per kereta, totalnya 500 koin. Dia mengalungkannya di leher sapi kuat ini. Sapi berpikir, "Orang ini berjanji akan memberikan dua koin emas per kereta, tetapi ini tidak sesuai dengan apa yang sudah dikalungkan di leherku. Maka Aku tidak akan membiarkan dia pergi!" Sapi berjalan ke bagian depan kafilah dan menghalangi jalan.
Pemimpin berusaha mendorongnya keluar dari jalan, tetapi dia tidak bergerak. Pemimpin berusaha mengendarai kereta-kereta itu di sekelilingnya. Tetapi semua sapi telah melihat betapa kuatnya dia, sehingga mereka tidak mau bergerak juga!
Laki-laki itu berpikir, "Tidak diragukan lagi bahwa dia adalah sapi jantan yang pintar, yang dapat mengetahui bahwa Aku hanya membayarnya setengah harga." Demikianlah dia membuat lagi sebuah bungkusan baru yang berisi 1000 koin emas, dan mengalungkannya di leher sapi.
Blackie milik nenek kembali menyeberangi sungai dan langsung berjalan menuju si nenek, 'ibu-nya'. Sepanjang perjalanan, anak-anak berusaha mengambil bungkusan uang, mengira itu adalah permainan. Tetapi dia tidak memperdulikan mereka.
Ketika si Nenek melihat bungkusan berat itu, dia sangat terkejut. Anak-anak menceritakan kepadanya semua hal tentang apa yang terjadi di sungai. Dia membuka bungkusan itu dan menemukan 1000 koin emas.
Wanita tua itu juga melihat kelelahan pada mata 'anak'nya. Dia berkata, "Oh anakku, kamu pikir Aku berharap dapat menghasilkan uang dari kamu? Kenapa kamu mau bekerja sangat keras dan menderita? Bagaimanapun susahnya nanti, Aku akan selalu memelihara dan menjagamu."
Kemudian wanita baik itu memandikan sapi jantan tercintanya dan memijat otot-ototnya yang lelah dengan minyak. Dia memberinya makanan yang baik dan merawatnya, sampai akhir dari hidup mereka yang bahagia.
Pesan moral: Kasih sayang membuat rumah termiskin menjadi rumah terkaya.
Dikutip dari: http://selfyparkit.wordpress.com/2010/08/06/blackie-milik-nenek-kasih-sayang/
Wednesday, August 18, 2010
Tuesday, August 10, 2010
Fake Tree
Di zaman dahulu ada seorang pemimpin pengembara. Dia pergi dari desa ke desa menjual berbagai macam barang. Pengikutnya paling sedikit 500 kereta yang ditarik kerbau jantan. Dalam salah satu perjalanannya, dia melewati hutan yang sangat lebat. Dia memperingatkan para pengikutnya, "Sahabat-sahabatku, saat kita melintasi hutan ini, berhati-hatilah terhadap pohon pohon beracun, buah beracun, daun beracun, bunga beracun dan bahkan sarang madu beracun. Sehingga, apapun yang belum pernah kita makan seperti buah, daun bunga atau apapun tidak boleh dimakan sebelum menanyakannya kepadaku terlebih dahulu."
Mereka semuanya menyetujui, "Ya, tuanku." Di hutan itu ada sebuah desa. Dan di perbatasan desa itu ada sebatang pohon yang disebut "pohon palsu". Batang, cabang, daun, bunga dan buahnya sangat mirip dengan pohon mangga. Bahkan warna, ukuran, bau dan rasanya hampir persis dengan pohon mangga. Tetapi perbedaannya adalah buah palsu ini mengandung racun yang mematikan. Beberapa kereta mendahului pemimpinnya dan sampai di pohon palsu ini. Mereka semua lapar dan buah palsu ini kelihatannya seperti buah mangga matang yang lezat. Beberapa orang langsung memakan buah itu tanpa pikir panjang. Mereka menelannya sebelum seorangpun sempat mengatakan sesuatu. Yang lain ingat dengan pesan pemimpinnya, tetapi mereka menganggap pohon ini adalah pohon mangga yang lain jenisnya. Mereka merasa beruntung mendapatkan mangga matang di depan desa itu, sehingga mereka memutuskan untuk memakan beberapa buah mangga, sebelum dihabiskan. Dan ada juga beberapa yang lebih bijaksana daripada yang lain. Mereka memutuskan untuk menuruti nasihat pemimpin mereka.
Saat pemimpin itu sampai di pohon itu, orang yang telah berhati-hati dan tidak memakan buah itu bertanya, "Tuan, apakah ini merupakan pohon yang aman untuk dimakan?" Setelah menyelidiki dengan hati-hati, dia menjawab, "Jangan, jangan. Ini memang kelihatan seperti pohon mangga, tetapi ini bukan. Ini adalah pohon palsu yang sangat beracun. Bahkan kita tak boleh menyentuhnya." Orang yang telah memakan buah itu ketakutan sekali. Pemimpin mereka menyuruh mereka memuntahkan makanan itu secepatnya. Mereka lakukan ini, dan kemudian diberikan empat makanan yang manis untuk dimakan - kismis, pasta gula tebu, yogurt manis dan madu lebah. Dengan ini mereka menjadi lebih segar setelah memuntahkan buah palsu yang beracun itu.
Tetapi orang yang paling serakah dan bodoh yang tak bisa diselamatkan. Mereka yang langsung memakan buah beracun itu tanpa pikir panjang. Mereka tak bisa diselamatkan lagi karena terlambat dan racun itu telah bekerja dan membunuh mereka. Biasanya, saat pengembara yang memakan buah itu meninggal sewaktu mereka tidur di malam hari. Pagi harinya penduduk setempat mendatangi mereka dan memegang kaki mayat-mayat itu menyeretnya ke tempat rahasia mereka dan menguburkannya. Kemudian mereka mengambil semua barang dagangan dan kereta kereta itu. Dan penduduk itu ingin melakukan hal yang sama saat ini. Saat subuh keesokan harinya, mereka mendatangi pohon palsu itu. Dan mereka saling bercakap-cakap, "Kerbau ini akan menjadi milik saya!" "Aku mau kereta itu" "Aku akan mengambil isi barang dagangannya saja!". Tetapi saat mereka sampai di pohon palsu itu mereka melihat kebanyakan orang masih hidup.
Dengan terkejut, mereka bertanya, "Bagaimana kalian tahu bahwa ini bukanlah pohon mangga?" Mereka menjawab, "kami tidak tahu, tetapi pemimpin kami telah memperingatkan kami sebelumnya dan saat dia melihatnya dia mengetahui pohon itu." Kemudian penduduk menanyai pemimpin rombongan, "Oh orang bijaksana, bagaimana kamu tahu bahwa ini bukanlah pohon mangga?" Dia menjawab, "Aku mengetahuinya karena dua sebab. Pertama, pohon ini mudah dipanjat. Dan kedua, pohon ini ada tepat di perbatasan desa. Jika buah pohon ini tak dipetik, pasti berarti pohon ini tidak aman untuk dimakan!" Semua orang terheran-heran akan kebijaksanaan pemimpin ini berdasarkan kesimpulan yang sederhana. Kemudian rombongan itu melanjutkan perjalanan dengan aman.
*diambil dari Kisah Jataka, 54*
Dari cerita di atas, ada banyak pesan moral yang dapat dipetik. Salah satunya adalah bahwa orang bijaksana dibimbing oleh pengetahuan, sedangkan orang bodoh hanyalah mengikuti rasa lapar belaka. Dalam hidup ini, kita harus pintar2 membedakan mana yang baik dan buruk untuk diri kita. See things as they really are.
Have a great day! :)
Friday, August 6, 2010
Ketakutan yang sia-sia
Suatu ketika ada seorang anak yang sangat penakut, anak ini hidup bersama dengan ibu nya. Suatu hari sang anak berteriak: "ma, gigi ku sakit, sakit sekali..." dan sang ibu datang berkata:"besok kita ke dokter gigi untuk berobat". Sang anak mendengar kata dokter gigi langsung ketakutan dan membayangkan bor tajam yg akan masuk ke mulut nya.
Membayangkan hal itu sang anak langsung berteriak:"TIDAK!!! jgan dokter gigi!!! tidak usah ke dokter gigi yah ma...". Sang ibu berkata:"Tidak, harus segera di periksa". Dan setelah itu sisa hari dan malam nya anak itu ketakutan dan tidak bisa tidur karena dokter gigi itu. Singkat cerita sudah tiba pagi hari dan saatnya berangkat ke dokter gigi.
Sang anak selama perjalanan berteriak dan memelas berusaha membuat sang ibu berubah pikiran, tapi tidak berhasil. Dengan sangat takut tiba lah mereka d rumah sakit dan sang anak menangis meraung-raung. Apa yg terjadi? ketika sang ibu mau mendaftar, suster rumah sakit itu berkata, "maaf bu, dokter sedang keluar kota, mungkin akan kembali 2 hari lagi...".
Diamond: Ketakutan akan suatu hal yang belum dan bahkan mungkin tidak akan pernah terjadi itu sangatlah sia-sia, gunakan waktu dan tenaga untuk mengisi waktu dengan baik dan benar - Singkirkan ketakutan yang sia-sia dan hidup dengan penuh percaya diri.
Membayangkan hal itu sang anak langsung berteriak:"TIDAK!!! jgan dokter gigi!!! tidak usah ke dokter gigi yah ma...". Sang ibu berkata:"Tidak, harus segera di periksa". Dan setelah itu sisa hari dan malam nya anak itu ketakutan dan tidak bisa tidur karena dokter gigi itu. Singkat cerita sudah tiba pagi hari dan saatnya berangkat ke dokter gigi.
Sang anak selama perjalanan berteriak dan memelas berusaha membuat sang ibu berubah pikiran, tapi tidak berhasil. Dengan sangat takut tiba lah mereka d rumah sakit dan sang anak menangis meraung-raung. Apa yg terjadi? ketika sang ibu mau mendaftar, suster rumah sakit itu berkata, "maaf bu, dokter sedang keluar kota, mungkin akan kembali 2 hari lagi...".
adapted from: Books of life and wisdom
Diamond: Ketakutan akan suatu hal yang belum dan bahkan mungkin tidak akan pernah terjadi itu sangatlah sia-sia, gunakan waktu dan tenaga untuk mengisi waktu dengan baik dan benar - Singkirkan ketakutan yang sia-sia dan hidup dengan penuh percaya diri.
Subscribe to:
Posts (Atom)